Kisah Mantan Pecandu Bebas dari Narkoba: Badan Remuk, Halusinasi Didatangi Malaikat Maut

Delapan tahun lalu, Mursidin menjadi pemuda tangguh. Dia menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta di NTB. Jurusannya teknik Informatika.

Sambil kuliah, pria asal Desa Taman Ayu, Gerung, Lombok Barat (Lobar) juga bekerja. Menjadi kontraktor. Proyek yang dipegangnya cukup banyak. Kantongnya selalu terisi full.

Hingga dua tahun kuliah, dia meminang kekasihnya ke pelaminan. Rejekinya sebagai pekerja kontraktor tak surut.

Sayangnya, pergaulan kampus merusaknya. Pertama kali ditawarkan narkoba oleh rekan kampusnya.

Dia termakan rayuan temannya. Akhirnya dicoba. Pertama kali menggunakan dia tak merasakan apapun.

Namanya juga pergaulan, akhirnya berkali-kali diminta mencoba. Hingga tiga kali diberikan secara gratis.

Saat menggunakan narkoba yang dirasakan hanya halusinasi. Pikirannya itu macam-macam.

Setelah beberapa bulan menggunakan narkoba jenis sabu secara rutin, pria kelahiran 27 Mei 1987 itu masuk dalam fase pecandu. Satu hingga empat hari dia bisa menghabiskan sabu-sabu hingga satu gram.

Tak terasa, kecanduan narkoba membuatnya hancur. Mobil dan rumahnya dijual. Perusahaan yang dibangun bersama istrinya bangkrut.

Efeknya ke rumah tangga. Hubungannya dengan keluarga menjadi renggang. Hampir berpisah karena setiap hari harus bertengkar.

Stress melanda. Pemasukan kantong yang tak seperti dulu terenggut gara-gara narkoba menambah beban pikiran.
Syukur ada keluarganya yang masih peduli. Mereka menasihatinya.

Bagaimana tidak, semua barang berharga sudah hilang. Semua gara-gara narkoba.

Mursidin lalu berupaya mengurangi pemakaiannya. Mulai bawaannya ingin selalu tidur.
Dia menceritakan, badannya serasa remuk. Kepala pusing, bahkan nafsu makan berkurang.
Karena, dokter menganggap sarafnya diserang, sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Disitu dirawat intensif.
Setelah keluar dari RSJ, Mursidin memberanikan diri datang ke Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menjalani rehab. Setelah menjalani tes, dia termasuk golongan pecandu berat.

Di lokasi itu dia mendapatkan pembinaan khusus. Dia berbaur langsung bersama dokter kesehatan, psikolog, dan para pecandu narkoba level berat lainnya.
Beberapa bulan rehabilitasi dan dibina di Bogor, Mursidin lebih percaya diri.
Setelah sehat, Mursidin membuat organisasi khusus untuk melawan narkoba.

Dia bertekad menjadi relawan pegiat anti narkoba untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang bahayanya narkoba.

Menggunakan narkoba itu membuat orang menjadi melarat, sakit, dan sekarat.

BNN Rangkul Mantan Pecandu Jadi Agen Pemulihan

Badan Narkotika Nasional (BNN) NTB terus berupaya memutus rantai pengguna narkoba. Selain melakukan penindakan, mereka juga memberikan kesempatan kepada para pengguna untuk melakukan rehabilitasi.

Mereka menjadi agen pemulihan bagi para pengguna narkoba yang lain. Nantinya, mereka yang menjadi relawan mengajak rekan-rekannya untuk menjalankan rehabilitasi.

Dia mengingatkan, tidak ada istilah sembuh bagi pengguna narkoba. Tetapi, mereka bisaaa pulih.

Untuk itu, mereka juga butuh dukungan dari keluarga, lingkungan sekitar, dan rekan-rekannya.

Mengikuti rehabilitasi di BNN tidak dipungut biaya. Rahasia pribadi terjamin. Tidak bakal dipidana apabila tidak terlibat jaringan pengedar atau bandar.

Dari data yang dicatat BNN, 90 persen pengguna menggunakan narkoba jenis sabu. Sisanya jenis narkoba lainnya.

Itu bukan saja menjadi tugas BNN. Melainkan perang terhadap narkoba itu harus digaungkan bersama. Masyarakat, instansi pemerintah, kepolisian, TNI, dan seluruh stakeholder lainnya harus bersatu padu melawan narkoba.

Delapan tahun lalu, Mursidin menjadi pemuda tangguh. Dia menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta di NTB. Jurusannya teknik Informatika.

Sambil kuliah, pria asal Desa Taman Ayu, Gerung, Lombok Barat (Lobar) juga bekerja. Menjadi kontraktor. Proyek yang dipegangnya cukup banyak. Kantongnya selalu terisi full.

Hingga dua tahun kuliah, dia meminang kekasihnya ke pelaminan. Rejekinya sebagai pekerja kontraktor tak surut.

Sayangnya, pergaulan kampus merusaknya. Pertama kali ditawarkan narkoba oleh rekan kampusnya.

Dia termakan rayuan temannya. Akhirnya dicoba. Pertama kali menggunakan dia tak merasakan apapun.

Namanya juga pergaulan, akhirnya berkali-kali diminta mencoba. Hingga tiga kali diberikan secara gratis.

Saat menggunakan narkoba yang dirasakan hanya halusinasi. Pikirannya itu macam-macam.

Setelah beberapa bulan menggunakan narkoba jenis sabu secara rutin, pria kelahiran 27 Mei 1987 itu masuk dalam fase pecandu. Satu hingga empat hari dia bisa menghabiskan sabu-sabu hingga satu gram.

Tak terasa, kecanduan narkoba membuatnya hancur. Mobil dan rumahnya dijual. Perusahaan yang dibangun bersama istrinya bangkrut.

Efeknya ke rumah tangga. Hubungannya dengan keluarga menjadi renggang. Hampir berpisah karena setiap hari harus bertengkar.

Stress melanda. Pemasukan kantong yang tak seperti dulu terenggut gara-gara narkoba menambah beban pikiran.
Syukur ada keluarganya yang masih peduli. Mereka menasihatinya.

Bagaimana tidak, semua barang berharga sudah hilang. Semua gara-gara narkoba.

Mursidin lalu berupaya mengurangi pemakaiannya. Mulai bawaannya ingin selalu tidur.
Dia menceritakan, badannya serasa remuk. Kepala pusing, bahkan nafsu makan berkurang.
Karena, dokter menganggap sarafnya diserang, sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Disitu dirawat intensif.
Setelah keluar dari RSJ, Mursidin memberanikan diri datang ke Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menjalani rehab. Setelah menjalani tes, dia termasuk golongan pecandu berat.

Di lokasi itu dia mendapatkan pembinaan khusus. Dia berbaur langsung bersama dokter kesehatan, psikolog, dan para pecandu narkoba level berat lainnya.
Beberapa bulan rehabilitasi dan dibina di Bogor, Mursidin lebih percaya diri.
Setelah sehat, Mursidin membuat organisasi khusus untuk melawan narkoba.

Dia bertekad menjadi relawan pegiat anti narkoba untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang bahayanya narkoba.

Menggunakan narkoba itu membuat orang menjadi melarat, sakit, dan sekarat.

BNN Rangkul Mantan Pecandu Jadi Agen Pemulihan

Badan Narkotika Nasional (BNN) NTB terus berupaya memutus rantai pengguna narkoba. Selain melakukan penindakan, mereka juga memberikan kesempatan kepada para pengguna untuk melakukan rehabilitasi.

Mereka menjadi agen pemulihan bagi para pengguna narkoba yang lain. Nantinya, mereka yang menjadi relawan mengajak rekan-rekannya untuk menjalankan rehabilitasi.

Dia mengingatkan, tidak ada istilah sembuh bagi pengguna narkoba. Tetapi, mereka bisaaa pulih.

Untuk itu, mereka juga butuh dukungan dari keluarga, lingkungan sekitar, dan rekan-rekannya.

Mengikuti rehabilitasi di BNN tidak dipungut biaya. Rahasia pribadi terjamin. Tidak bakal dipidana apabila tidak terlibat jaringan pengedar atau bandar.

Dari data yang dicatat BNN, 90 persen pengguna menggunakan narkoba jenis sabu. Sisanya jenis narkoba lainnya.

Itu bukan saja menjadi tugas BNN. Melainkan perang terhadap narkoba itu harus digaungkan bersama. Masyarakat, instansi pemerintah, kepolisian, TNI, dan seluruh stakeholder lainnya harus bersatu padu melawan narkoba.