Keluarga Happy

Wanto (nama samaran) adalah dari keluarga yang berantakan (broken home). Ibunya berkali-kali kawin cerai. Wanto tinggal di Garut bersama 3 orang saudara laki-lakinya yang berbeda-beda ayah.

Wanto dan saudara-saudaranya tinggal di lingkungan yang keras dan lekat hubungannya dengan minuman keras dan kekerasan. Tidak jarang Wanto bersaudara berkelahi satu sama lain. Wanto juga memiliki banyak tato di tubuhnya.
Dari semua anak-anak tersebut, hanya Wanto yang tidak mengetahui ayahnya yang asli. Berkali-kali ia menanyakan siapa ayahnya, namun entah kenapa ibunya tidak pernah memberitahukan kebenarannya. Seseorang yang mengetahui kehidupan ibu Wanto dulu mengatakan kepada saya bahwa ayah Wanto tidak pernah menikahi ibunya. Pekerjaan ayah Wanto dulu adalah supir truk. Saya pun tidak pernah menyampaikan hal itu kepada Wanto. Sampai hari ini Wanto tidak tahu siapa ayahnya.

Setelah Wanto dewasa, ia tinggal dengan pamannya di Jakarta. Disanalah ia terjerumus ke dalam kehidupan narkoba yang hebat. Paman, tante dan hampir semua anggota keluarga di sana memakai narkoba. Tiada hari tanpa pesta narkoba dan mencari kesenangan di dunia hiburan malam. Satu keluarga.

Semasa muda di Garut, Wanto memang sudah dekat alkohol dan ganja. Tapi pengalamannya di Jakarta lah yang membuat ia semakin rusak. Setiap hari menggunakan narkoba berbagai jenis. Seolah hidup mencari pekerjaan, berumah-tangga yang baik, membangun bisnis yang sehat tidak ada artinya lagi bagi keluarga ini. Dan hubungan keseluruhan keluarga besar semakin retak. Waktu itu, Wanto dan saudara-saudaranya, tidak ada satupun yang mau tinggal dengan ibunya, menerima kedatangan ibunya saja mereka enggan.

Selama ini Wanto hidup tanpa arah tanpa harapan. Ia diombang-ambingkan waktu dan jaman. Ia dimusuhi banyak orang dan hanya sedikit kawan yang tersisa.
Untungnya masih tersisa pemikiran yang dewasa jauh di dalam benak Wanto; ia masih menyimpan rasa hampa dan dosa dalam hatinya. Ia memutuskan untuk berhenti dari dunia alkohol dan narkoba. Wanto melakukan itu atas kesadarannya sendiri dengan motivasi yang kuat untuk berubah. Tanpa menjalani proses rehabilitasi ia mampu berubah menjadi lebih baik.

Untuk beberapa lama ia menghilang tanpa kabar. Belakangan terdengar kabar ia sudah sehat dan bekerja di sebuah restoran chinese food di Jakarta.