Kisah Taubat Pencandu Narkoba, Minum Air Cucian Kaki Ibu Usai Keluar Penjara

Dandanannya terlihat rapi dengan rambut klimis. Kegemarannya mengenakan sepatu pantofel memberi kesan formal pada pria ini. Sementara kacamata yang selalu menempel di wajah seolah ingin menyembunyikan sorot pandangannya.

Sebut saja Rangga Leksana (nama samaran), pria asal Blora yang kini tinggal di Demak, Jawa Tengah. Namanya banyak dikenal bukan hanya kalangan pegawai pemerintah namun juga aparat keamanan. Tak ketinggalan, tenar pula di dunia hitam-narkoba.

Bukan waktu sebentar Rangga mengenal beragam jenis narkoba. Baginya, dulu, benda yang diharamkan tersebut ibarat kebutuhan pokok dan mesti dikonsumsi sebagai penambah stamina sekaligus mengencerkan pemikiran.

Selama bertahun-tahun menjadi budak narkoba. Sabu dan aneka jenis pil telah bercampur dalam aliran darahnya. Bukan hal yang aneh bila narkoba telah meracuni dirinya, maka minuman keras juga kerap kali menjadi pendampingnya.Banyak kisah pilu saat menjadi pecandu narkoba. Pada awalnya masih terasa indah dan mudah. Sebagai anak pensiunan pegawai, maka uang bukan persoalan. Apalagi, Rangga juga dikenal cerdas dan ulet untuk mencari tambahan penghasilan.

Jerat narkoba masih membelenggunya ketika memutuskan untuk berumah tangga. Berperan sebagai suami dan bapak bagi anak-anaknya tetap dilakukan di rumah. Namun di sela-selanya, jaringan pengedar narkoba terus membelitnya hingga tak kuasa untuk berhenti jadi pecandu.

Usahanya untuk menutupi candu narkoba pada akhirnya terbongkar. Pria yang dikenal kalem dan cerdas itu mendadak didatangi polisi karena berurusan dengan narkoba jenis sabu. Menjalani masa kurungan di penjara menjadi potret gelap baginya bersama keluarga.

Setelah bebas, kisahnya, dia bergegas pulang untuk menemui ibu. Perempuan yang sembilan bulan mengandung dan melahirkannya. Sebelum bertemu, dia masuk ke kamar mandi sambil membawa seember air.Berlinang air mata, Rangga menyampaikan permohonan maaf. Berjanji tak mengulangi lagi. Perempuan paruh baya yang melahirkannya itu pun dipeluk erat, seraya mendudukkan di kursi. Ember air diraihnya untuk mencuci kaki ibu. Air mata deras mengalir dari ibu dan anak itu.Tampaknya cerita kelam narkoba belum berakhir. Rangga ternyata kembali masuk dalam jerat narkoba. Jaringan pengedar tak ingin Rangga lolos selepas dari penjara. Beragam modus dilakukan hingga ia lagi-lagi menjadi pecandu.

Dandanannya terlihat rapi dengan rambut klimis. Kegemarannya mengenakan sepatu pantofel memberi kesan formal pada pria ini. Sementara kacamata yang selalu menempel di wajah seolah ingin menyembunyikan sorot pandangannya.

Sebut saja Rangga Leksana (nama samaran), pria asal Blora yang kini tinggal di Demak, Jawa Tengah. Namanya banyak dikenal bukan hanya kalangan pegawai pemerintah namun juga aparat keamanan. Tak ketinggalan, tenar pula di dunia hitam-narkoba.

Bukan waktu sebentar Rangga mengenal beragam jenis narkoba. Baginya, dulu, benda yang diharamkan tersebut ibarat kebutuhan pokok dan mesti dikonsumsi sebagai penambah stamina sekaligus mengencerkan pemikiran.

Selama bertahun-tahun menjadi budak narkoba. Sabu dan aneka jenis pil telah bercampur dalam aliran darahnya. Bukan hal yang aneh bila narkoba telah meracuni dirinya, maka minuman keras juga kerap kali menjadi pendampingnya.Banyak kisah pilu saat menjadi pecandu narkoba. Pada awalnya masih terasa indah dan mudah. Sebagai anak pensiunan pegawai, maka uang bukan persoalan. Apalagi, Rangga juga dikenal cerdas dan ulet untuk mencari tambahan penghasilan.

Jerat narkoba masih membelenggunya ketika memutuskan untuk berumah tangga. Berperan sebagai suami dan bapak bagi anak-anaknya tetap dilakukan di rumah. Namun di sela-selanya, jaringan pengedar narkoba terus membelitnya hingga tak kuasa untuk berhenti jadi pecandu.

Usahanya untuk menutupi candu narkoba pada akhirnya terbongkar. Pria yang dikenal kalem dan cerdas itu mendadak didatangi polisi karena berurusan dengan narkoba jenis sabu. Menjalani masa kurungan di penjara menjadi potret gelap baginya bersama keluarga.

Dandanannya terlihat rapi dengan rambut klimis. Kegemarannya mengenakan sepatu pantofel memberi kesan formal pada pria ini. Sementara kacamata yang selalu menempel di wajah seolah ingin menyembunyikan sorot pandangannya.

Sebut saja Rangga Leksana (nama samaran), pria asal Blora yang kini tinggal di Demak, Jawa Tengah. Namanya banyak dikenal bukan hanya kalangan pegawai pemerintah namun juga aparat keamanan. Tak ketinggalan, tenar pula di dunia hitam-narkoba.

Bukan waktu sebentar Rangga mengenal beragam jenis narkoba. Baginya, dulu, benda yang diharamkan tersebut ibarat kebutuhan pokok dan mesti dikonsumsi sebagai penambah stamina sekaligus mengencerkan pemikiran.

Selama bertahun-tahun menjadi budak narkoba. Sabu dan aneka jenis pil telah bercampur dalam aliran darahnya. Bukan hal yang aneh bila narkoba telah meracuni dirinya, maka minuman keras juga kerap kali menjadi pendampingnya.Banyak kisah pilu saat menjadi pecandu narkoba. Pada awalnya masih terasa indah dan mudah. Sebagai anak pensiunan pegawai, maka uang bukan persoalan. Apalagi, Rangga juga dikenal cerdas dan ulet untuk mencari tambahan penghasilan.

Jerat narkoba masih membelenggunya ketika memutuskan untuk berumah tangga. Berperan sebagai suami dan bapak bagi anak-anaknya tetap dilakukan di rumah. Namun di sela-selanya, jaringan pengedar narkoba terus membelitnya hingga tak kuasa untuk berhenti jadi pecandu.

Usahanya untuk menutupi candu narkoba pada akhirnya terbongkar. Pria yang dikenal kalem dan cerdas itu mendadak didatangi polisi karena berurusan dengan narkoba jenis sabu. Menjalani masa kurungan di penjara menjadi potret gelap baginya bersama keluarga.

Setelah bebas, kisahnya, dia bergegas pulang untuk menemui ibu. Perempuan yang sembilan bulan mengandung dan melahirkannya. Sebelum bertemu, dia masuk ke kamar mandi sambil membawa seember air.Berlinang air mata, Rangga menyampaikan permohonan maaf. Berjanji tak mengulangi lagi. Perempuan paruh baya yang melahirkannya itu pun dipeluk erat, seraya mendudukkan di kursi. Ember air diraihnya untuk mencuci kaki ibu. Air mata deras mengalir dari ibu dan anak itu.Tampaknya cerita kelam narkoba belum berakhir. Rangga ternyata kembali masuk dalam jerat narkoba. Jaringan pengedar tak ingin Rangga lolos selepas dari penjara. Beragam modus dilakukan hingga ia lagi-lagi menjadi pecandu.

Setelah bebas, kisahnya, dia bergegas pulang untuk menemui ibu. Perempuan yang sembilan bulan mengandung dan melahirkannya. Sebelum bertemu, dia masuk ke kamar mandi sambil membawa seember air.Berlinang air mata, Rangga menyampaikan permohonan maaf. Berjanji tak mengulangi lagi. Perempuan paruh baya yang melahirkannya itu pun dipeluk erat, seraya mendudukkan di kursi. Ember air diraihnya untuk mencuci kaki ibu. Air mata deras mengalir dari ibu dan anak itu.Tampaknya cerita kelam narkoba belum berakhir. Rangga ternyata kembali masuk dalam jerat narkoba. Jaringan pengedar tak ingin Rangga lolos selepas dari penjara. Beragam modus dilakukan hingga ia lagi-lagi menjadi pecandu.